Bimbingan Pra Nikah di GBI Tebar Dalam
Topik yang dibahas:
1. Pendahuluan: Dua menjadi satu
2. Kasih dalam pernikahan Kristen
3. Komunikasi dalam pernikahan Kristen
4. Pernikahan yang berpusat pada Kristus
5. Anak dalam pernikahan Kristen
6. Mengelola Berkat dalam keluarga Kristen
7. Meneladani Pernikahan-pernikahan Kristen di sekitar kita
8. Warna Sari dan penutup
1. Pendahuluan: Dua menjadi satu
2. Kasih dalam pernikahan Kristen
3. Komunikasi dalam pernikahan Kristen
4. Pernikahan yang berpusat pada Kristus
5. Anak dalam pernikahan Kristen
6. Mengelola Berkat dalam keluarga Kristen
7. Meneladani Pernikahan-pernikahan Kristen di sekitar kita
8. Warna Sari dan penutup
Topik 1: Pendahuluan - Dua Menjadi Satu
Bacaan Firman Tuhan:
Markus 10: 6-9
10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,10:7sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,10:8sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.10:9Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
1. Put God First (Utamakan Tuhan dalam keluarga) - ayat 6
Allahlah yang menjadi laki-laki dan perempuan. Allah membentuk lembaga keluarga. Sebab itu, utamakan Tuhan dalam keluarga. Jadikan Tuhan sebagai pemimpin dalam keluarga. Jika Tuhan ada di tampuk pimpinan dalam keluarga, maka keluarga akan berlayar ke arah yang sesuai dengan rencanaNya yang indah.
Dalam segala hal, libatkan Tuhan:
Dalam mengambil keputusan, dalam menghadapi kebingungan, dalam mengatasi masalah, selalu libatkan Tuhan. Dia tahu yang terbaik untuk keluarga kita. Minta hikmatNya untuk membimbing kita agar senantiasa berjalan sesuai dengan kehendak dan rencanaNya.
2. You are different and expect surprises - ayat 6
3. Keluarga Mandiri - ayat 7
Ketika dua orang dipersatukan Tuhan dalam pernikahan, mereka membangun keluarga baru. Bukan berarti mereka meninggalkan dan melupakan orang tua masing-masing. Disini maksudnya adalah agar mereka mandiri -- mandiri dalam keuangan, dalam pengelolaan keluarga, dan dalam pengambilan keputusan. Tentu saja pasangan ini bisa saja mendengarkan masukan yang positif dari orang tua. Namun, keputusan harus didoakan dan didiskusikan bersama antara suami dan isteri dengan memohon hikmat dari Tuhan.
4. Dua menjadi satu (Ayat 8-9)
Pernikahan Kristen bukanlah sebuah 'kontrak perjanjian', melainkan merupakan 'penyatuan' dua insan dalam kasih Kristus dalam sebuah lembaga keluarga. Kontrak bisa dibatalkan secara hukum, namun pernikahan Kristen tidak bisa dibatalkan atau dipisahkan.
Suami dan isteri dalam pernikahan Kristen menjadi satu kesatuan dalam semua aspek kehidupan: dalam pikiran, keputusan, mendidik anak-anak, mengelola rumah tangga, rencana dan cita-cita yang terkait dengan rumah tangga. Keduanya harus menjalani kehidupan sebagai 'satu keluarga' - saling mengasihi, saling menghargai, saling memberi dan saling mendukung dan membantu untuk makin bertumbuh dalam kasih dan iman percaya pada Kristus.
Tidak mudah untuk menyatukan dua pribadi yang berbeda dalam satu kasih.
a. Minta pimpinan Roh Kudus dan kekuatan dari Tuhan untuk tetap bersatu dalam kasih-Nya.
b. Teladani pernikahan-pernikahan Kristen dari anak-anak Tuhan yang ada disekitar kita.
c. Miliki komitmen untuk tetap bersatu dalam Kristen. Teguhkan dan senantiasa perbaharui komitmen tersebut.
d. Miliki keterbukaan karena keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Keterbukaan memerlukan komunikasi dan rasa saling percaya.
Memang tidak mudah, tapi apa yang sudah disatukan Tuhan tidak dapat dipisahkan manusia. Jika Tuhan sudah mempersatukan anda, dia pasti juga akan melengkapi anda untuk memiliki kemampuan untuk tinggal dalam kesatuan kasihNya.
Tuhan Yesus memberkati.
Markus 10: 6-9
10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,10:7sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,10:8sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.10:9Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
1. Put God First (Utamakan Tuhan dalam keluarga) - ayat 6
Allahlah yang menjadi laki-laki dan perempuan. Allah membentuk lembaga keluarga. Sebab itu, utamakan Tuhan dalam keluarga. Jadikan Tuhan sebagai pemimpin dalam keluarga. Jika Tuhan ada di tampuk pimpinan dalam keluarga, maka keluarga akan berlayar ke arah yang sesuai dengan rencanaNya yang indah.
Dalam segala hal, libatkan Tuhan:
Dalam mengambil keputusan, dalam menghadapi kebingungan, dalam mengatasi masalah, selalu libatkan Tuhan. Dia tahu yang terbaik untuk keluarga kita. Minta hikmatNya untuk membimbing kita agar senantiasa berjalan sesuai dengan kehendak dan rencanaNya.
2. You are different and expect surprises - ayat 6
- Allah menciptakan laki-laki dan perempuan dengan tugas dan kewajiban yang berbeda namun saling melengkapi.
- Laki-laki dan wanita yang dipersatukan dalam pernikahan masing-masing berasal dari lingkungan yang berbeda, latar belakang yang berbeda, kepribadian yang berbeda. Wajarlah jika kemudian akan ditemukan 'kejutan-kejutan' yang ketika dalam proses perkenalan belum terlihat.
- Sikapi 'kejutan-kejutan' tersebut sebagai anugerah untuk saling melengkapi, saling mendukung, saling memahami, saling menolong untuk bertumbuh semakin kuat dalam iman dan percaya kepada Kristus.
3. Keluarga Mandiri - ayat 7
Ketika dua orang dipersatukan Tuhan dalam pernikahan, mereka membangun keluarga baru. Bukan berarti mereka meninggalkan dan melupakan orang tua masing-masing. Disini maksudnya adalah agar mereka mandiri -- mandiri dalam keuangan, dalam pengelolaan keluarga, dan dalam pengambilan keputusan. Tentu saja pasangan ini bisa saja mendengarkan masukan yang positif dari orang tua. Namun, keputusan harus didoakan dan didiskusikan bersama antara suami dan isteri dengan memohon hikmat dari Tuhan.
4. Dua menjadi satu (Ayat 8-9)
Pernikahan Kristen bukanlah sebuah 'kontrak perjanjian', melainkan merupakan 'penyatuan' dua insan dalam kasih Kristus dalam sebuah lembaga keluarga. Kontrak bisa dibatalkan secara hukum, namun pernikahan Kristen tidak bisa dibatalkan atau dipisahkan.
Suami dan isteri dalam pernikahan Kristen menjadi satu kesatuan dalam semua aspek kehidupan: dalam pikiran, keputusan, mendidik anak-anak, mengelola rumah tangga, rencana dan cita-cita yang terkait dengan rumah tangga. Keduanya harus menjalani kehidupan sebagai 'satu keluarga' - saling mengasihi, saling menghargai, saling memberi dan saling mendukung dan membantu untuk makin bertumbuh dalam kasih dan iman percaya pada Kristus.
Tidak mudah untuk menyatukan dua pribadi yang berbeda dalam satu kasih.
a. Minta pimpinan Roh Kudus dan kekuatan dari Tuhan untuk tetap bersatu dalam kasih-Nya.
b. Teladani pernikahan-pernikahan Kristen dari anak-anak Tuhan yang ada disekitar kita.
c. Miliki komitmen untuk tetap bersatu dalam Kristen. Teguhkan dan senantiasa perbaharui komitmen tersebut.
d. Miliki keterbukaan karena keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Keterbukaan memerlukan komunikasi dan rasa saling percaya.
Memang tidak mudah, tapi apa yang sudah disatukan Tuhan tidak dapat dipisahkan manusia. Jika Tuhan sudah mempersatukan anda, dia pasti juga akan melengkapi anda untuk memiliki kemampuan untuk tinggal dalam kesatuan kasihNya.
Tuhan Yesus memberkati.
topik_1_dua_menjadi_satu.docx | |
File Size: | 129 kb |
File Type: | docx |
Topik 2: Kasih dalam Pernikahan Kristen
Tuhan adalah Kasih. Tuhan mempersatukan dua orang dalam satu lembaga keluarga dengan dasar kasih. Dengan demikian KASIH haruslah merupakan dasar dari setiap keluarga Kristen.
Kasih yang menyatukan pernikahan memiliki tiga pilar:
1. CINTA KASIH
Yohanes 13: 34-35
Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan dmikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu, jikalau kamu saling mengasihi.
Kasih yang menjadi dasar dari pernikahan Kristen terbatas pada kasih Eros yaitu kasih antara pria dan wanita, namun harus bertumbuh dan semakin kokoh dipersatukan dalam kasih AGAPE, yaitu kasih yang ilahi, kasih murni, dan mencerminkan kasih Kristus.
2. KOMITMEN
Kasih akan menumbuhkan pilar kedua, yaitu komitmen untuk saling mengasihi, saling percaya dan saling berbagi.
Komitmen untuk Setia
Komitment juga disini juga berarti Setia.Perinkahan Kristen bersifat monogamy dan merupakan ikatan persatuan dalam kasih Kristus seumur hidup dalam suka dan duka. (apa yang sudah dipersatukan Tuhan tidak bisa dipisahkan oleh manusia)
Pada saat kita mengakui bahwa pernikahan Kristen mempersatukan kita dalam sebuah kenyataan “satu daging”, maka kita perlu meminta kemampuan untuk menjaga agar pernikahan kita tidak dinodai dengan perzinahan dan perceraian yang melanggar kenyataan “satu daging” dan menghancurkan kesejahteraan pasangan masing-masing.
Komitmen untuk Saling menghargai
Komitmen juga berarti saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lain.
Efesus 5: 21
Rendahkan dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus
Rasul Paulus menggaris bawahi pentingnya prinsip saling merendahkan diri dalam hubungan keluarga.
Kita perlu meneladani kerendahan diri seperti yang dilakukan Kristus dengan kasih pengorbanan.
3. KOMUNIKASI
Pilar ketiga yang perlu makin disempurnakan dalam sebuah pernikahan adalah komunikasi.
Komunikasi bisa mempersatukan atau menghancurkan pernikahan. Untuk itulah kita perlu berdoa agar Roh Kudus memampukan kita untuk membangun komunikasi yang efektif dalam kasih Kristus.
Jika ada masalah, jangan diselesaikan dari ‘jauh’ (dengan sms, email, surat, lewat orang lain), tapi segera selesaikan, jangan tunda, dan lakukan dengan bertatap muka.
2 Yohanes 1: 12
1:12 Sungguhpun banyak yang harus kutulis kepadamu, aku tidak mau melakukannya dengan kertas dan tinta, tetapi aku berharap datang sendiri kepadamu dan berbicara berhadapan muka v dengan kamu, supaya sempurnalah sukacita kita.
Pilar Komunikasi dalam pernikahan ini akan dibahas kemudian dalam topik yang terpisah.
Sebisa mungkin, sesibuk apapun kita, usahakan waktu dan tempat untuk saling berkomunikasi dengan pasangan, dengan anak-anak.
Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.
Kasih yang menyatukan pernikahan memiliki tiga pilar:
1. CINTA KASIH
Yohanes 13: 34-35
Aku memberikan perintah baru kepadamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan dmikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-muridKu, yaitu, jikalau kamu saling mengasihi.
Kasih yang menjadi dasar dari pernikahan Kristen terbatas pada kasih Eros yaitu kasih antara pria dan wanita, namun harus bertumbuh dan semakin kokoh dipersatukan dalam kasih AGAPE, yaitu kasih yang ilahi, kasih murni, dan mencerminkan kasih Kristus.
2. KOMITMEN
Kasih akan menumbuhkan pilar kedua, yaitu komitmen untuk saling mengasihi, saling percaya dan saling berbagi.
Komitmen untuk Setia
Komitment juga disini juga berarti Setia.Perinkahan Kristen bersifat monogamy dan merupakan ikatan persatuan dalam kasih Kristus seumur hidup dalam suka dan duka. (apa yang sudah dipersatukan Tuhan tidak bisa dipisahkan oleh manusia)
Pada saat kita mengakui bahwa pernikahan Kristen mempersatukan kita dalam sebuah kenyataan “satu daging”, maka kita perlu meminta kemampuan untuk menjaga agar pernikahan kita tidak dinodai dengan perzinahan dan perceraian yang melanggar kenyataan “satu daging” dan menghancurkan kesejahteraan pasangan masing-masing.
Komitmen untuk Saling menghargai
Komitmen juga berarti saling menghormati dan menghargai satu dengan yang lain.
Efesus 5: 21
Rendahkan dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus
Rasul Paulus menggaris bawahi pentingnya prinsip saling merendahkan diri dalam hubungan keluarga.
Kita perlu meneladani kerendahan diri seperti yang dilakukan Kristus dengan kasih pengorbanan.
3. KOMUNIKASI
Pilar ketiga yang perlu makin disempurnakan dalam sebuah pernikahan adalah komunikasi.
Komunikasi bisa mempersatukan atau menghancurkan pernikahan. Untuk itulah kita perlu berdoa agar Roh Kudus memampukan kita untuk membangun komunikasi yang efektif dalam kasih Kristus.
Jika ada masalah, jangan diselesaikan dari ‘jauh’ (dengan sms, email, surat, lewat orang lain), tapi segera selesaikan, jangan tunda, dan lakukan dengan bertatap muka.
2 Yohanes 1: 12
1:12 Sungguhpun banyak yang harus kutulis kepadamu, aku tidak mau melakukannya dengan kertas dan tinta, tetapi aku berharap datang sendiri kepadamu dan berbicara berhadapan muka v dengan kamu, supaya sempurnalah sukacita kita.
Pilar Komunikasi dalam pernikahan ini akan dibahas kemudian dalam topik yang terpisah.
Sebisa mungkin, sesibuk apapun kita, usahakan waktu dan tempat untuk saling berkomunikasi dengan pasangan, dengan anak-anak.
Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.
topik_2_kasih_dalam_pernikahan_kristen.docx | |
File Size: | 164 kb |
File Type: | docx |
Topik 3 Komunikasi dalam Pernikahan Kristen
topik_3_komunikasi_dalam_pernikahan_kristen_4_pillar.docx | |
File Size: | 118 kb |
File Type: | docx |
Bacaan Firman Tuhan: Efesus 4:25-32.
Paling sedikit ada 4 pilar dalam berkomunikasi.
1. Pilar Pertama: Jujur atau Terbuka (ayat 25)
Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.
Sikap jujur memerlukan kerendahan hati (untuk mengampuni dan menghargai orang pendapat orang lain), keberanian (untuk mengakui kesalahan) dan pengendalian diri (untuk berkata benar dan bersikap terbuka).
Bisa jadi apa yang ingin kita sampaikan secara jujur menyakitkan atau tidak menyenangkan pasangan kita. Untuk itu, berdoalah dan mintalah hikmat dari Tuhan agar kita bisa menyampaikannya dengan baik dangan motivasi yang benar dan dengan kata-kata yang membangun.
Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. (Kolose 4:6)
2. Pilar Kedua: Pengendalian diri (ayat 26-27)
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
Hal ini senada dengan Mazmur 4:4
Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.
Tunggu dulu, lalu bagaimana dengan Yakobus 1:20?
sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
Marah sesungguhnya adalah energi yang diberikan oleh Tuhan untuk membereskan suatu masalah.
Tidak ada yang salah dengan “marah”. Yang penting dalam hal ini adalah pengendalian diri. Bagaimana di dalam setiap komunikasi yang kita jalin, kita selalu bisa mengendalikan diri, walaupun pada saat itu kita disalahmengerti atau dikritik secara tidak benar dan tidak sopan.
Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya. (Amsal 25:28)
Lalu, ketika terjadi konflik, siapakah yang harus mengambil langkah awal untuk berdamai? Orang yang berbuat salahkah atau orang yang menjadi korban? Mari lihat apa kata Yesus:
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5:23-24)
Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. (Matius 18:15-17)
Jawabannya adalah KEDUANYA. Kedua belah pihak harus memiliki paradigma yang sama untuk meminta maaf secepat mungkin. Mengapa orang yang menjadi korban juga Yesus tekankan untuk meminta maaf? Terasa tidak adil bukan? Well, keadilan siapa dulu yang kita maksud, keadilan manusia, atau keadilan Tuhan?Karena Yesus memandang bahwa keutuhan umatNya jauh lebih penting dibanding gengsi pribadi manusia untuk meminta maaf kepada orang yang berbuat salah kepada dirinya.
Intinya:
Jangan menuntut kesempurnaan dari pasangan, tetapi bersiaplah dan tulus untuk menerima kelemahan pasangan dan membantu pasangan untuk mengatasi kelemahan tersebut bersama-sama.
3. Pillar ketiga: Berkata Hikmat dan membangun (Ayat 29)
Ketika kita sedang marah, atau sakit hati, kita cenderung untuk mengeluarkan kata-kata yang mungkin sekali sebenarnya tidak kita kehendaki. Namun, karena emosi yang meluap, kata-kata tersebut terucapkan, yang akhirnya kita sesali. Untuk itulah, kita diingatkan kembali untuk mengucapkan kata-kata yang membangun.
Kalau memang ada hal yang perlu diperbaiki, kita juga perlu menyampaikannya, tapi dengan hikmat dari Tuhan. Bagaimana caranya?
Rasul Paulus mengatakan, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu" (Flp. 4:8-9).
· Jika emosi sedang tinggi, tunggulah sejenak, tenangkan diri dan berdoa agar Tuhan memberikan hikmat untuk berkata-kata.
· Melalui kata-kata yang berhikmat, semua masalah bisa terselesaikan dengan baik dan kita bisa dipakai Tuhan untuk mendatangkan damai sejahtera dalam keluarga.
· Nyatakan ketidaksetujuan atau perbedaan pendapat tanpa harus terjerat dalam pertengkaran atau omelan (Amsal 17: 24, Roma 13: 13, Efesus 3: 31)
4. Pilar keempat: Mendengar dengan Kasih
Salah satu keterampilan dalam berkomunikasi yang sangat penting namun sering dilupakan adalah keterampilan mendengar. Seringkali kita ingin didengar, tapi kita tidak mau mendengar.
Banyak manfaatkan dari ‘mendengar dengan kasih’. Kita bisa memahami pasangan kita: apa yang menjadi masalahnya, apa yang menjadi kekhawatirannya, apa yang menjadi kebutuhannya. Dengan demikian kita bisa meresponi dengan tepat tanpa harus bertengkar. Kita bisa memberikan kesempatan pada kita sendiri untuk berpikir dan mencerna solusi yang terbaik untuk bersama.
Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya. (Amsal 18: 13)
Mendengar juga menunjukkan kerendahan hati kita, dan membuat pasangan lebih berempati dan merasa diapresiasi karena pendapat dan keluhannya didengar.
Mendengar harus dilakukan dengan kasih, bukan untuk tujuan mencari kesalahan, tapi mendengar untuk memahami, mengampuni dan untuk memikirkan jalan keluar untuk kepentingan bersama. (Efesus 4: 31)
Yang paling penting adalah rasa saling menghormati, dan jangan lupa melibatkan Tuhan dalam segala hal.
Tuhan Yesus memberkati.
Paling sedikit ada 4 pilar dalam berkomunikasi.
1. Pilar Pertama: Jujur atau Terbuka (ayat 25)
Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.
Sikap jujur memerlukan kerendahan hati (untuk mengampuni dan menghargai orang pendapat orang lain), keberanian (untuk mengakui kesalahan) dan pengendalian diri (untuk berkata benar dan bersikap terbuka).
Bisa jadi apa yang ingin kita sampaikan secara jujur menyakitkan atau tidak menyenangkan pasangan kita. Untuk itu, berdoalah dan mintalah hikmat dari Tuhan agar kita bisa menyampaikannya dengan baik dangan motivasi yang benar dan dengan kata-kata yang membangun.
Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. (Kolose 4:6)
2. Pilar Kedua: Pengendalian diri (ayat 26-27)
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.
Hal ini senada dengan Mazmur 4:4
Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.
Tunggu dulu, lalu bagaimana dengan Yakobus 1:20?
sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
Marah sesungguhnya adalah energi yang diberikan oleh Tuhan untuk membereskan suatu masalah.
Tidak ada yang salah dengan “marah”. Yang penting dalam hal ini adalah pengendalian diri. Bagaimana di dalam setiap komunikasi yang kita jalin, kita selalu bisa mengendalikan diri, walaupun pada saat itu kita disalahmengerti atau dikritik secara tidak benar dan tidak sopan.
Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya. (Amsal 25:28)
Lalu, ketika terjadi konflik, siapakah yang harus mengambil langkah awal untuk berdamai? Orang yang berbuat salahkah atau orang yang menjadi korban? Mari lihat apa kata Yesus:
Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. (Matius 5:23-24)
Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. (Matius 18:15-17)
Jawabannya adalah KEDUANYA. Kedua belah pihak harus memiliki paradigma yang sama untuk meminta maaf secepat mungkin. Mengapa orang yang menjadi korban juga Yesus tekankan untuk meminta maaf? Terasa tidak adil bukan? Well, keadilan siapa dulu yang kita maksud, keadilan manusia, atau keadilan Tuhan?Karena Yesus memandang bahwa keutuhan umatNya jauh lebih penting dibanding gengsi pribadi manusia untuk meminta maaf kepada orang yang berbuat salah kepada dirinya.
Intinya:
Jangan menuntut kesempurnaan dari pasangan, tetapi bersiaplah dan tulus untuk menerima kelemahan pasangan dan membantu pasangan untuk mengatasi kelemahan tersebut bersama-sama.
3. Pillar ketiga: Berkata Hikmat dan membangun (Ayat 29)
Ketika kita sedang marah, atau sakit hati, kita cenderung untuk mengeluarkan kata-kata yang mungkin sekali sebenarnya tidak kita kehendaki. Namun, karena emosi yang meluap, kata-kata tersebut terucapkan, yang akhirnya kita sesali. Untuk itulah, kita diingatkan kembali untuk mengucapkan kata-kata yang membangun.
Kalau memang ada hal yang perlu diperbaiki, kita juga perlu menyampaikannya, tapi dengan hikmat dari Tuhan. Bagaimana caranya?
Rasul Paulus mengatakan, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu" (Flp. 4:8-9).
· Jika emosi sedang tinggi, tunggulah sejenak, tenangkan diri dan berdoa agar Tuhan memberikan hikmat untuk berkata-kata.
· Melalui kata-kata yang berhikmat, semua masalah bisa terselesaikan dengan baik dan kita bisa dipakai Tuhan untuk mendatangkan damai sejahtera dalam keluarga.
· Nyatakan ketidaksetujuan atau perbedaan pendapat tanpa harus terjerat dalam pertengkaran atau omelan (Amsal 17: 24, Roma 13: 13, Efesus 3: 31)
4. Pilar keempat: Mendengar dengan Kasih
Salah satu keterampilan dalam berkomunikasi yang sangat penting namun sering dilupakan adalah keterampilan mendengar. Seringkali kita ingin didengar, tapi kita tidak mau mendengar.
Banyak manfaatkan dari ‘mendengar dengan kasih’. Kita bisa memahami pasangan kita: apa yang menjadi masalahnya, apa yang menjadi kekhawatirannya, apa yang menjadi kebutuhannya. Dengan demikian kita bisa meresponi dengan tepat tanpa harus bertengkar. Kita bisa memberikan kesempatan pada kita sendiri untuk berpikir dan mencerna solusi yang terbaik untuk bersama.
Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya. (Amsal 18: 13)
Mendengar juga menunjukkan kerendahan hati kita, dan membuat pasangan lebih berempati dan merasa diapresiasi karena pendapat dan keluhannya didengar.
Mendengar harus dilakukan dengan kasih, bukan untuk tujuan mencari kesalahan, tapi mendengar untuk memahami, mengampuni dan untuk memikirkan jalan keluar untuk kepentingan bersama. (Efesus 4: 31)
Yang paling penting adalah rasa saling menghormati, dan jangan lupa melibatkan Tuhan dalam segala hal.
Tuhan Yesus memberkati.
Topik 4 Pernikahan yang berpusat pada Kristus
Memasuki pernikahan menunjukkan bahwa anda bersedia memulai memasuki rencana Tuhan dalam kehidupan keluarga. Taati kehendak dan rencana Tuhan untuk keluarga Anda agar Anda dan keluarga mengalami dan berbagi kebahagiaan dalam keluarga.
Bacaan Firman Tuhan:
Matius 19 : 5 - 6
5 “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia,"
Yohanes 15:5
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa
Roma 11:36
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
Dari tiga (3) bagian Firman Tuhan diatas bisa kita bahas paling tidak 4 hal pokok yang perlu diingat.
1. Pernikahan Kudus
Pernikahan dalam Kristus merupakan pernikahan kudus yang berpusat pada Pokok Anggur yang benar, yaitu Kristus sendiri. Kekudusan akan menjamin adanya damai sejahtera dalam keluarga. Damai sejahtera inilah yang menjadi target yang ingin dirusak oleh Iblis.
Agar kita bisa mempertahankan kekudusan, suami dan isteri perlu meletakkan Kristus sebagai pusat kehidupan pernikahan mereka.
2. Keluarga Kekal
Bacaan: (Matius 7: 21-27)
Asas Keluarga kekal merupakan bagian dalam rencana besar Bapa bagi anak-anakNya. Kita berasal dari keluarga kerajaan Surga bersifat kekal, untuk itulah kita juga perlu menghidupi prinsip keluarga kekal tersebut.
Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada … Sebab kita ini dari Keturunan Allah juga.
Tuhan Yesus menasehatkan kita untuk membangun fondasi rumah (kehidupan keluarga dan pribadi) diatas batu yang teguh. Keluarga yang bijaksana diibaratkan seperti membangun rumahnya di atas batu, bukan diatas pasir. Batu yang dimaksud adalah batu karang yang teguh atau Kristus sendiri (1 Korintus 10: 4).
Akan banyak angin badai pencobaan yang mencoba meruntuhkan kekekalan keluarga baik dari dalam (misalnya: perbedaan kepribadian, kebiasaan, latar belakang keluarga dan budaya) ataupun dari luar (misalnya: pergaulan, lingkungan, pekerjaan). Namun bersama Yesus, kita akan dimampukan untuk tetap saling mengasihi dan membangun iman serta melakukan banyak perkara yang luar biasa untuk kebesaran dan kemuliaanNya. Bersama Yesus kita juga bisa membangun dan mengembangkan keluarga kekal dan penuh kasih.
3. Persekutuan yang berlandaskan Kasih Kristus
Keluarga Kristen adalah, persekutuan antara suami-isteri dan anak [anak-anak] yang terbentuk ikatan kasih TUHAN Allah (1 Kor 13: 4-7; Kol 3: 14-15; 1 Petrus 4: 8), serta membangun hidup dan kehidupan bersama yang berpusat pada Kristus dan sesuai dengan Firman TUHAN (dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia).
Persekutuan keluarga yang berpusat pada Kristus merepresentasikan pelaksanaan persekutuan antara kasih yang agung antara Kristus dan gerejaNya.
4. Persekutuan dalam Keluarga Gereja
Pernikahan yang berpusat pada Kristus adalah pernikahan yang menjadikan amanat agung menjadi pusat kegiatan keluarga mereka.
Matius 28: 19-20
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. "
Pernikahan yang berpusat pada Kristus merupakan lembaga yang penting untuk pertumbuhan iman, tempat Kristus diwartakan, dimuliakan, dan tempat kasih Kristus dibagikan.
Keluarga yang berpusat pada Kristus, menjadikan Kristus sebagai pusat kegiatan misi imamat dan pertumbuhan iman anggota keluarga: mewartakan tetang Kristus, memuridkan anggota keluarga untuk bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih Kristus, menumbuhkan mezbah doa dalam keluarga.
INTINYA:
· Jadikan Kristus sebagai Pusat kehidupan keluarga.
· Libatkan Kristus dalam rencana, dan semua kegiatan keluarga.
· Ketika harus menghadapi masalah, tantangan dan pencobaan, jangan saling menyalahkan, tapi datang pada Kristus sebagai Penasehat Agung yang akan memberikan jalan keluar bagi semua persoalan keluarga.
· Keluarga yang dibangun diatas batu karang yang kuat, yaitu Kristus sendiri, pasti akan menjadi keluarga pemenang.
Kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan paling mungkin dicapai bila didasarkan dan berpusat pada Tuhan Yesus Krsitus.
Tuhan Yesus memberkati.
Bacaan Firman Tuhan:
Matius 19 : 5 - 6
5 “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. 6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia,"
Yohanes 15:5
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa
Roma 11:36
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
Dari tiga (3) bagian Firman Tuhan diatas bisa kita bahas paling tidak 4 hal pokok yang perlu diingat.
1. Pernikahan Kudus
Pernikahan dalam Kristus merupakan pernikahan kudus yang berpusat pada Pokok Anggur yang benar, yaitu Kristus sendiri. Kekudusan akan menjamin adanya damai sejahtera dalam keluarga. Damai sejahtera inilah yang menjadi target yang ingin dirusak oleh Iblis.
Agar kita bisa mempertahankan kekudusan, suami dan isteri perlu meletakkan Kristus sebagai pusat kehidupan pernikahan mereka.
- Meninggalkan orang tua: Kekudusan, kemandirian dan kedewasaan secara fisik, dalam mengambil keputusan, sebagai warga masyarakat, dalam memenuhi kebutuhan finansial keluarga, untuk saling mendukung dalam pertumbuhan iman dan pengenalan akan Kristus.
- Bersatu dalam pernikahan: Saling menguatkan dan mendukung dalam menghadapi berbagai aspek kehidupan dan tantangan hidup, saling menerima kekurangan dan kelebihan pasangan, menghormati perbedaan pendapat, sehati dan seiman dalam Kristus.
- Menjadi satu daging: Persekutuan suami dan isteri dalam berbagai aspek kehidupan untuk saling mengasihi dan bertumbuh dalam kedewasaan iman; bersatu menjadi satu daging sebagai bentuk ungkapan kasih sayang; setia kepada pasangan yang telah dianugerahkan oleh Allah sebagai suami-isteri.
2. Keluarga Kekal
Bacaan: (Matius 7: 21-27)
Asas Keluarga kekal merupakan bagian dalam rencana besar Bapa bagi anak-anakNya. Kita berasal dari keluarga kerajaan Surga bersifat kekal, untuk itulah kita juga perlu menghidupi prinsip keluarga kekal tersebut.
Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada … Sebab kita ini dari Keturunan Allah juga.
Tuhan Yesus menasehatkan kita untuk membangun fondasi rumah (kehidupan keluarga dan pribadi) diatas batu yang teguh. Keluarga yang bijaksana diibaratkan seperti membangun rumahnya di atas batu, bukan diatas pasir. Batu yang dimaksud adalah batu karang yang teguh atau Kristus sendiri (1 Korintus 10: 4).
Akan banyak angin badai pencobaan yang mencoba meruntuhkan kekekalan keluarga baik dari dalam (misalnya: perbedaan kepribadian, kebiasaan, latar belakang keluarga dan budaya) ataupun dari luar (misalnya: pergaulan, lingkungan, pekerjaan). Namun bersama Yesus, kita akan dimampukan untuk tetap saling mengasihi dan membangun iman serta melakukan banyak perkara yang luar biasa untuk kebesaran dan kemuliaanNya. Bersama Yesus kita juga bisa membangun dan mengembangkan keluarga kekal dan penuh kasih.
3. Persekutuan yang berlandaskan Kasih Kristus
Keluarga Kristen adalah, persekutuan antara suami-isteri dan anak [anak-anak] yang terbentuk ikatan kasih TUHAN Allah (1 Kor 13: 4-7; Kol 3: 14-15; 1 Petrus 4: 8), serta membangun hidup dan kehidupan bersama yang berpusat pada Kristus dan sesuai dengan Firman TUHAN (dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia).
Persekutuan keluarga yang berpusat pada Kristus merepresentasikan pelaksanaan persekutuan antara kasih yang agung antara Kristus dan gerejaNya.
4. Persekutuan dalam Keluarga Gereja
Pernikahan yang berpusat pada Kristus adalah pernikahan yang menjadikan amanat agung menjadi pusat kegiatan keluarga mereka.
Matius 28: 19-20
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
28:20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. "
Pernikahan yang berpusat pada Kristus merupakan lembaga yang penting untuk pertumbuhan iman, tempat Kristus diwartakan, dimuliakan, dan tempat kasih Kristus dibagikan.
Keluarga yang berpusat pada Kristus, menjadikan Kristus sebagai pusat kegiatan misi imamat dan pertumbuhan iman anggota keluarga: mewartakan tetang Kristus, memuridkan anggota keluarga untuk bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih Kristus, menumbuhkan mezbah doa dalam keluarga.
INTINYA:
· Jadikan Kristus sebagai Pusat kehidupan keluarga.
· Libatkan Kristus dalam rencana, dan semua kegiatan keluarga.
· Ketika harus menghadapi masalah, tantangan dan pencobaan, jangan saling menyalahkan, tapi datang pada Kristus sebagai Penasehat Agung yang akan memberikan jalan keluar bagi semua persoalan keluarga.
· Keluarga yang dibangun diatas batu karang yang kuat, yaitu Kristus sendiri, pasti akan menjadi keluarga pemenang.
Kebahagiaan dalam kehidupan pernikahan paling mungkin dicapai bila didasarkan dan berpusat pada Tuhan Yesus Krsitus.
Tuhan Yesus memberkati.
topik_4_berpusat_pada_kristus.doc | |
File Size: | 46 kb |
File Type: | doc |
Topik 5. Mendidik Anak-anak dalam Keluarga Kristen
Tuhan memiliki rencana yang indah bagi tiap orang, termasuk bagi mereka yang terpanggil untuk membentuk keluarga.
Tujuan utama dari Tuhan membentuk lembaga keluarga adalah untuk mendatangkan kebaikan dalam keluarga.
Kejadian 2: 18
TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.
Dari Kejadian 2: 18 yang menunjukkan tujuan Tuhan membentuk lembaga keluarga, bisa kita pahami bahwa keluarga dibentuk untuk ‘saling menolong’. Suami menolong isteri, dan sebaliknya. Orang tua menolong anak-anak, dan sebaliknya.
Ada banyak cara Tuhan membantu keluarga untuk menjalankan rencananya yang indah, salah satunya adalah dengan menganugerahkan anak-anak dalam pernikahan. Hal ini bukan berarti pernikahan tanpa anak adalah pernikahan yang tidak bahagia.
Seperti Tuhan memberikan panggilan khusus untuk tiap orang, demikian pula Tuhan memberikan panggilan khusus untuk tiap orang yang dipanggil membangun keluarga, baik keluarga dengan anak-anak, ataupun tanpa anak, semuanya dikasihi Tuhan dan mempunyai tugas yang sama (Amanat Agung).
Bagaimana orang tua mendidik dan menolong anak-anak?
1. Ceritakan tentang kebaikan dan perbuatan ajaib Allah
Mazmur 78: 4
Kami tidakhendak menyembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan menceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatannNya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukanNya.
Ceritakan disini bisa melalui banyak cara: membacakan cerita dari Alkitab dalam saat teduh bersama, berdoa bersama, ataupun melalui tindakan dan ucapan kita.
Apakah ada contoh lain yang bisa Anda berikan tentang cara orang tua menceritakan kebaikan dan perbuatan ajaib Allah?
2. Membimbing ke jalan yang benar
Amsal 22: 6
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu”
Efesus 6: 4
“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”
Jika anak salah, orang tua perlu memberi tahu, tetapi jangan memberi tahu dengan membentak atau membangkitkan amarah. Anak-anak, terutama yang berusia pra sekolah dan sekolah memiliki perasaan yang sensitive dengan emosi yang masih sangat rapuh. Mereka belum bisa mengelola emosi negative yang bisa sangat membekas, bahkan sampai mereka dewasa.
Jadi, mintalah hikmat kepada Tuhan dan minta pengurapan Roh Kudus untuk berkata-kata bijak dan membangun kepada anak-anak.
3. Kasih
Satu ciri penting yang membedakan pengikut Kristus dengan orang lain adalah KASIH. Tidak heran jika Tuhan memerintahkan umatNya untuk mengajarkan dan mempraktikkan Hukum Kasih, juga ketika kita membimbing dan mendidik anak-anak.
Ulangan 6: 4-7
6:4Dengarlah, hai orang Israel 1 : TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa 2 ! y 6:5Kasihilah z TUHAN, Allahmu 3 , dengan segenap hatimu a dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. b 6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan 4 , c 6:7haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu 5 dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. d
Salah satu cara efektif untuk mengajarkan kasih adalah dengan mempraktekkannya dalam kehidupan kita: ketika kita berbicara dengan orang-orang disekitar kita -- anggota keluarga, dengan teman dan tetangga. Dari perbuatan dan perkataan kita, anak-anak belajar tentang perbuatan kasih dan perbendaharaan kata yang mengungkapkan kasih.
Bisakah anda memberi contoh tentang perbuatan kasih yang bisa menjadi teladan untuk anak-anak?
Bisakah anda memberi contoh tentang perkataan dan ungkapan ‘kasih’, bahkan ketika kita sedang ‘marah’ atau ‘melihat kesalahan’ yang perlu diperbaiki?
4. Damai Sejahtera
Tuhan menjanjikan damai sejahtera dan masa depan yang cerah bagi Anda, keluarga yang akan Anda bentuk dan juga anak-anak yang dianugerahkan dalam keluarga.
Yeremia 29: 11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Jadi, jika anda terpanggil untuk membentuk keluarga, lakukan yang terbaik untuk membangun keluarga yang penuh damai sejahtera untuk membantu rencana Tuhan untuk anak-anak agar mendapatkan hari depan yang penuh harapan sesuai dengan rencana Tuhan.
Berikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak. Doakan mereka setiap hari untuk mendapat berkat dan perlindungan dari Tuhan Yesus. Lakukan yang terbaik agar mereka mendapatkan damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan.
5. Amanat Agung
Amanat Agung adalah kewajiban bagi setiap orang Kristen, yaitu orang yang mengaku dengan mulut dan iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan juru selamat. Amanat Agung untuk memberitakan Firman dan mengabarkan kasih Kristus yang menyeleamatkan bukan saja harus dilakukan bagi orang lain, tetapi TERUTAMA harus dimulai dari orang-orang terdekat kita (mulai dari Yerusalem)
Matius 28: 19-20
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa g murid-Ku dan baptislah 2 mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, h 28:20 dan ajarlah i mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu 3 j senantiasa sampai kepada akhir zaman. k "
Lukas 24: 47
24:47 dan lagi: dalam nama-Nya n berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa 7 harus disampaikan 8 kepada segala bangsa 9 , o mulai dari Yerusalem.
Bisakah Anda memberikan contoh bagaimana kita bisa menjalankan AMANAT AGUNG dalam keluarga?
PENUTUP
Sebagai orang tua tentu kemampuan kita sangat terbatas. Namun kita memiliki Tuhan yang tidak terbatas. Yang penting disini adalah kesungguhan kita untuk melakukan yang terbaik untuk TUHAN, maka TUHAN Yesus akan melengkapi kita dengan Hikmatnya yang terbatas untuk menjadi orang tua yang terbaik untuk anak-anak kita.
Kolose 3: 23
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Amin. Tuhan Yesus memberkati.
Tujuan utama dari Tuhan membentuk lembaga keluarga adalah untuk mendatangkan kebaikan dalam keluarga.
Kejadian 2: 18
TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.
Dari Kejadian 2: 18 yang menunjukkan tujuan Tuhan membentuk lembaga keluarga, bisa kita pahami bahwa keluarga dibentuk untuk ‘saling menolong’. Suami menolong isteri, dan sebaliknya. Orang tua menolong anak-anak, dan sebaliknya.
Ada banyak cara Tuhan membantu keluarga untuk menjalankan rencananya yang indah, salah satunya adalah dengan menganugerahkan anak-anak dalam pernikahan. Hal ini bukan berarti pernikahan tanpa anak adalah pernikahan yang tidak bahagia.
Seperti Tuhan memberikan panggilan khusus untuk tiap orang, demikian pula Tuhan memberikan panggilan khusus untuk tiap orang yang dipanggil membangun keluarga, baik keluarga dengan anak-anak, ataupun tanpa anak, semuanya dikasihi Tuhan dan mempunyai tugas yang sama (Amanat Agung).
Bagaimana orang tua mendidik dan menolong anak-anak?
1. Ceritakan tentang kebaikan dan perbuatan ajaib Allah
Mazmur 78: 4
Kami tidakhendak menyembunyikan kepada anak-anak mereka, tetapi kami akan menceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatannNya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukanNya.
Ceritakan disini bisa melalui banyak cara: membacakan cerita dari Alkitab dalam saat teduh bersama, berdoa bersama, ataupun melalui tindakan dan ucapan kita.
Apakah ada contoh lain yang bisa Anda berikan tentang cara orang tua menceritakan kebaikan dan perbuatan ajaib Allah?
2. Membimbing ke jalan yang benar
Amsal 22: 6
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu”
Efesus 6: 4
“Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan”
Jika anak salah, orang tua perlu memberi tahu, tetapi jangan memberi tahu dengan membentak atau membangkitkan amarah. Anak-anak, terutama yang berusia pra sekolah dan sekolah memiliki perasaan yang sensitive dengan emosi yang masih sangat rapuh. Mereka belum bisa mengelola emosi negative yang bisa sangat membekas, bahkan sampai mereka dewasa.
Jadi, mintalah hikmat kepada Tuhan dan minta pengurapan Roh Kudus untuk berkata-kata bijak dan membangun kepada anak-anak.
3. Kasih
Satu ciri penting yang membedakan pengikut Kristus dengan orang lain adalah KASIH. Tidak heran jika Tuhan memerintahkan umatNya untuk mengajarkan dan mempraktikkan Hukum Kasih, juga ketika kita membimbing dan mendidik anak-anak.
Ulangan 6: 4-7
6:4Dengarlah, hai orang Israel 1 : TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa 2 ! y 6:5Kasihilah z TUHAN, Allahmu 3 , dengan segenap hatimu a dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. b 6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan 4 , c 6:7haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu 5 dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. d
Salah satu cara efektif untuk mengajarkan kasih adalah dengan mempraktekkannya dalam kehidupan kita: ketika kita berbicara dengan orang-orang disekitar kita -- anggota keluarga, dengan teman dan tetangga. Dari perbuatan dan perkataan kita, anak-anak belajar tentang perbuatan kasih dan perbendaharaan kata yang mengungkapkan kasih.
Bisakah anda memberi contoh tentang perbuatan kasih yang bisa menjadi teladan untuk anak-anak?
Bisakah anda memberi contoh tentang perkataan dan ungkapan ‘kasih’, bahkan ketika kita sedang ‘marah’ atau ‘melihat kesalahan’ yang perlu diperbaiki?
4. Damai Sejahtera
Tuhan menjanjikan damai sejahtera dan masa depan yang cerah bagi Anda, keluarga yang akan Anda bentuk dan juga anak-anak yang dianugerahkan dalam keluarga.
Yeremia 29: 11
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Jadi, jika anda terpanggil untuk membentuk keluarga, lakukan yang terbaik untuk membangun keluarga yang penuh damai sejahtera untuk membantu rencana Tuhan untuk anak-anak agar mendapatkan hari depan yang penuh harapan sesuai dengan rencana Tuhan.
Berikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak. Doakan mereka setiap hari untuk mendapat berkat dan perlindungan dari Tuhan Yesus. Lakukan yang terbaik agar mereka mendapatkan damai sejahtera dan masa depan yang penuh harapan.
5. Amanat Agung
Amanat Agung adalah kewajiban bagi setiap orang Kristen, yaitu orang yang mengaku dengan mulut dan iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan juru selamat. Amanat Agung untuk memberitakan Firman dan mengabarkan kasih Kristus yang menyeleamatkan bukan saja harus dilakukan bagi orang lain, tetapi TERUTAMA harus dimulai dari orang-orang terdekat kita (mulai dari Yerusalem)
Matius 28: 19-20
28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa g murid-Ku dan baptislah 2 mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, h 28:20 dan ajarlah i mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu 3 j senantiasa sampai kepada akhir zaman. k "
Lukas 24: 47
24:47 dan lagi: dalam nama-Nya n berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa 7 harus disampaikan 8 kepada segala bangsa 9 , o mulai dari Yerusalem.
Bisakah Anda memberikan contoh bagaimana kita bisa menjalankan AMANAT AGUNG dalam keluarga?
PENUTUP
Sebagai orang tua tentu kemampuan kita sangat terbatas. Namun kita memiliki Tuhan yang tidak terbatas. Yang penting disini adalah kesungguhan kita untuk melakukan yang terbaik untuk TUHAN, maka TUHAN Yesus akan melengkapi kita dengan Hikmatnya yang terbatas untuk menjadi orang tua yang terbaik untuk anak-anak kita.
Kolose 3: 23
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
Amin. Tuhan Yesus memberkati.